6 Nov 2014

Teknik Wawancara Jurnalistik

6 Nov 2014 - by Kampus Corner 0




Wawancara adalah tanya jawab untuk memperoleh informasi atau keterangan akan suatu hal. Dan wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh secara langsung antara pewawancara dengan narasumber.Sebagai sebuah data, informasi yang diperoleh dari hasil wawancara harus diubah menjadi laporan tertulis.Laporan tertulis hasil wawancara berupa laporan tulisan jurnalistik (berita) atau data dalam bentuk ringkasan.

http://tipswawancarakerja.com/wp-content/uploads/2011/10/test-wawancara-kerja.gif

Dalam wawancara, wartawan bertanya kepada narasumber, (saksi, pengamat, pihak berwenang, dan sebagainya) untuk menggali atau mengumpulkan informasi, keterangan, fakta, atau data tentang sebuah peristiwa atau masalah. Dan hasil wawancara disusun dalam
bentuk karya jurnalistik –berita, feature, atau artikel opini.
A.    Model Wawancara
Model wawancara ada dua macam di antaranya :
a.       Wawancara langsung –bertatap muka (face to face) langsung dengan narasumber.
b.      Wawancara tidak langsung –misalnya melalui telefon, chating, dan email (wawancara tertulis).
B.     Jenis-Jenis Wawancarz
Dalam literatur jurnalistik dikenal banyak jenis wawancara, antara lain:
a.       Wawancara berita (news-peg interview), yaitu wawancara yang dilakukan untuk memperoleh keterangan, konfirmasi, atau pandangan intervieweetentang suatu masalah atau peristiwa.
b.      Wawancara pribadi (personal interview), yaitu wawancara untuk memperoleh data tentang diri-pribadi dan pemikiran narasumber –disebut juga wawancara biografi.
c.       Wawancara eksklusif (exclusive interview), yaitu wawancara yang dilakukan secara khusus –tidak bersama wartawan dari media lain.
d.      Wawancara sambil lalu (casual interview), yaitu wawancara “secara kebetulan”, tidak ada perjanjian dulu dengan narasumber, misalnya mewawacarai seorang pejabat sebelum, setelah, atau di tengah berlangsungnya sebuah acara.
e.        Wawancara jalanan (man-in-the street interview) –disebut pula “wawancara on the spot”–  yaitu wawancara di tempat kejadian dengan berbagai narasumber, misalnya di lokasi kebakaran.
f.       Wawancara tertulis –dilakukan via email atau bentuk komunikasi tertulis lainnya.
g.      Wawancara  “cegat pintu” (door stop interview), yaitu wawancara dengan cara “mencegat” narasumber di sebuah tempat, misal tersangka korupsi yang baru keluar dari ruang interogasi KPK.
C.     Teknik-Teknik Wawancara
Para praktisi jurnalisme (wartawan) umumnya sependapat, tidak ada kiat mutlak wawancara jurnalistik.  Setiap wartawan emiliki trik atau cara tersendiri guna menemui dan memancing narasumber untuk berbicara. Namun demikian, secara umum teknik wawancara meliputi tiga tahap, yaitu:
a.       Persiapan
b.      Pelaksanaan
c.       Pasca wawancara
D.    Tahap Persiapan Wawancara
1)      Menentukan topik atau masalah
2)      Memahami masalah yang ditanyakan – wawancara yang baik tidak berangkat dengan kepala kosong.
3)      Menyiapkan pertanyaan
4)      . Menentukan narasumber
5)      Membuat janji –menghubungi narasumber atau “mengintai” narasumber agar bisa ditemui.
E.     Pelaksanaan Wawancara
1.      Datang tepat waktu –jika ada kesepakatan dengan narasumber.
2.      Perhatikan penampilan –sopan, rapi, atau sesuaikan dengan suasana.
3.      Kenalkan diri –jika perlu tunjukkan ID/Press Card.
4.      Kemukakan maksud kedatangan –sekadar “basa-basi” dan menciptakan keakraban.
5.      Sesuaikan pendekatan dengan sumber, termasuk di sini cara duduk, cara menyapa, dan cara mengajukan pertanyaan harus disesuaikan dengan etika dan budaya yang dianut oleh nara sumber. Misalnya jangan mengajukan pertanyaan terlalu agresif dengan sumber yang jiwanya sedang tertekan.  Jangan menyapa dengan panggilan “Mas” kalau dia lebih senang disapa “Abang”.
6.      Selalu ingat, tugas wartawan  berusaha mendapatkan informasi sebanyak mungkin. Maka jangan tergoda dengan basa basi berlebihan. Kadang wartawan bertemu sumber yang sangat falimiar, mengajak wartawan berbicara mengenai hal lain di luar topik wawancara.
7.      Awali dengan menanyakan biodata narasumber, terutama nama (nama lengkap dan nama panggilan jika ada). Bila perlu, minta narasumber menuliskan namanya  sendiri agar tidak terjadi kesalahan.
8.      Mulailah dengan pertanyaan ringan dan menarik perhatian sumber, misalnya tentang kesibukan, hobi, atau  subjek lain yang menarik baginya. Usahakan agar proses komunikasi tidak terlalu formal.
9.      Pertanyaan  tidak   bersifat   “interogatif “ atau terkesan memojokkan.
10.  Carilah kesempatan paling tepat untuk mengajukan pertanyaan yang disiapkan. Usahakan menghapalnya agar tidak bolak-balik melihat daftar pertanyaan.
11.  Jangan terlalu kaku dengan urutan pertanyaan, yang penting semua informasi yang diperlukan bisa didapatkan.
12.  Catat! Jangan terlalu mengandalkan recorder.
13.  Ajukan pertanyaan secara ringkas.
14.   Hindari pertanyaan “yes-no question” –pertanyaan yang hanya butuh jawaban “ya” dan “tidak”.Gunakan “mengapa” (why), bukan “apakah” (do you/are you). Jawaban atas pertanyaan “Mengapa Anda mundur?” tentu akan lebih panjang ketimbang pertanyaan “Apakah Anda mundur?”.
15.  Hindari pertanyaan ganda! Satu pertanyaan buat satu masalah.
16.  Jadilah pendengar yang baik.Ingat, tugas wartawan menggali informasi, bukan “menggurui” narasumber, apalagi ingin “unjuk gigi” ingin terkesan lebih pintar atau lebih paham dari narasumber.
17.  Jagalah agar jangan sampai sumber memberi jawaban yang tidak relevan atau mengalihkan pembicaraan. Jika ini terjadi, ingatkan sumber tapi dengan cara sopan. Paling baik adalah dengan mengajukan pertanyaan lain yang  relevan.
18.  Konfirmasi mengenai hal yang vital, misalnya tentang data statistik, nama, alamat, umur, pendidikan,  gelar, pekerjaan, pangkat, jabatan, dan sebagainya.
19.  Konfirmasi  kutipan yang bisa menimbulkan pro kontra di masyarakat. Apalagi kalau pernyataan itu   bisa mengakibatkan keresahaan bagi sebagian masyarakat.   Yakinkan bahwa pernyataan tersebut benar demikian dan benar diucapkan oleh sumber. Hal ini penting agar jangan justru wartawanlah yang dipersalahkan, misalnya dituduh mengutip pernyataan secara tidak akurat.
20.  Konfirmasi ulang setiap pernyataan off the record, sebab menurut Kode Etik Jurnalistik,  pernyataan off the record tidak boleh disiarkan.  Maka ajukan pertanyaan lain yang senada agar  sumber bisa memberikan pernyataan on the record.
21.  Konfirmasi setiap pernyataan yang kurang jelas, namun jangan terkesan sebagai orang yang sangat tidak kompeten.Maka sejauh menyangkut ketentuan kitab suci, pasal undang-undang, kode etik, sebaiknya baca langsung di sumbernya.
22.  Jangan lupa menanyakan dan mencatat nomor telepon sumber yang paling gampang  dihubungi lagi. Mintalah juga kesediaannya untuk dihubungi kembali jika  ada hal-hal yang perlu dikonfirmasikan
23.  Selalu ingat waktu yang tersedia sangat terbatas, maka gunakan seefektif mungkin untuk memperoleh tujuan wawancara.  Jangan gunakan waktu untuk hal-hal di luar tujuan wawancara. Pernah penulis temui,  murid penulis yang baru jadi wartawan, ketika mewawancarai Iwan Fals, dia malah sibuk minta berfoto dengan Iwan dan lupa mengajukan beberapa pertanyaan penting yang sudah disiapkan.  Dia mengaku penggemar berat Iwan Fals sejak lama.
24.  Selalu menjaga  hubungan baik. Usahakan selalu menghubunginya di lain waktu, meski hanya untuk sekedar menyapa, mengucapkan selamat ulang tahun dan selamat hari raya.
F.      Merangkum Isi Pembicaraan dalam Wawancara
Rangkuman adalah penyajian singkat dari suatu pembicaraan atau tulisan. Adapaun langkah-langkah untuk membuat rangkuman hasil wawancara, antara lain:
a.       Menyimak seluruh pembicaraan dalam wawancara
b.      Mencatat pokok-pokok pembicaraan
c.       Merangkaikan pokok-pokok pembicaraan ke dalam beberapa paragraph denganmemerhatikan keefektifan kalimat-kalimatnya.
Selain langkah-langkah tersebut, , anda juga harus memerhatikan hal-hal penting dalam membuat rangkuman, diantaranya adalah:
v  Menggunakan kalimat efektif.
v   Jumlah paragraf dalam rangkuman tergantung pada banyaknya pertanyaan dan jawaban kegiatan wawancara.
v  Mempertahankan susunan topik pembicaraan.
      Beberapa hal yang dapat dijadikan panduan untuk mengikuti wawancara, yaitu:
v  Mengidentifikasi topik wawancara
v  Memusatkan perhatian
v  Memerhatikan intonasi, mimik, dan bahasa tubuh kedua belah pihak yang terlibat dalam wawancara
v  Menentukan inti dari setiap pertanyaan
v  Menentukan inti dari setiap jawaban

v  Merangkum inti pertanyaan dan jawaban sebuah simpulan wawancara

About the Author

Write admin description here..

0 komentar:

Text Widget

© 2013 Kampus Corner. WP Theme-junkie converted by Bloggertheme9